Menelusuri Bandung - Cianjur - Lampegan dengan Lori Wisata
EVP Pusat Pelestarian dan
Benda Bersejarah PT. KAI Ella Ubaidi (ketiga dari kanan) bersama dengan
rombongan Kedutaan Besar Belanda Doryn Wytema (pertama kanan) dan dari
Erasmus Huis Bob Wardhana (pertama kiri) di dalam KA Argo Parahyangan
sesaat sebelum berangkat menuju Bandung.
Jalur kereta api dari Jakarta menuju Bandung mengingatkan kita
akan peristiwa sejarah yang terjalin antara Belanda dan Indonesia.
Peninggalan kolonial ini, seperti: rel, stasiun, jembatan, terowongan,
rumah dinas, bahkan gudang penyimpanannya menyisakan suatu kisah sejarah
yang bergelora pada masa itu. Bangunan dan jalur perkeretapiaan ini
dapat dijadikan wisata sejarah yang memikat. Maka dari itu, Unit
Pelestarian dan Benda Bersejarah PT KAI (Persero) menjalin kerja sama
dengan Kedutaan Belanda dan Erasmus Huis untuk memperkenalkan pariwisata
di daerah tersebut, serta kedepannya akan menyelenggarakan pameran di
Belanda mengenai perkeretaapian di Indonesia. Pada tanggal 20 – 21
Februari 2012, PT. KAI menjalankan progam wisata sejarah dan budaya
bersama pihak Kedutaan Belanda serta Erasmus Huis yang berlangsung di
Bandung, Cianjur, Lampegan dan Gunung Padang.
Perjalanan dimulai dari Jakarta dengan menggunakan kereta api Argo Parahyangan menyusuri jalur antara Jakarta - Purwakarta - Bandung yang dibangun tahun 1900 oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staats Spoorwegen. jembatan Cibisoro, jembatan Cisomang, jembatan Cikubang, terowongan Sasaksaat, serta stasiun dan bangunan pendukung yang masih asli merupakan beberapa bangunan bersejarah yang terdapat di lintas ini, pemandangan pegunungan dan lintas yang berkelok-kelok menambah ragam keindahan yang dapat dinikmati.
Perjalanan dimulai dari Jakarta dengan menggunakan kereta api Argo Parahyangan menyusuri jalur antara Jakarta - Purwakarta - Bandung yang dibangun tahun 1900 oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staats Spoorwegen. jembatan Cibisoro, jembatan Cisomang, jembatan Cikubang, terowongan Sasaksaat, serta stasiun dan bangunan pendukung yang masih asli merupakan beberapa bangunan bersejarah yang terdapat di lintas ini, pemandangan pegunungan dan lintas yang berkelok-kelok menambah ragam keindahan yang dapat dinikmati.
Setelah tiba di Bandung, rombongan mengunjungi areal Graha Parahyangan
yang dahulu digunakan sebagai rumah dinas pejabat kereta api, kini
berfungsi sebagai gallery dan museum. Gallery dan museum ini menampilkan
beberapa koleksi dan informasi perkeretaapian yang digunakan pada masa
lalu.
VP Bangunan Heritage PT. KAI
Bidjak Filsadjati yang menemani selama kunjungan berlangsung sedang
menerangkan kegunaan dari salah satu alat hitung yang dipamerkan di
Museum Kereta Api Graha Parahyangan.
Keesokan harinya (21/02), rombongan mengunjungi bunker arsip
yang terdapat di Kantor Pusat PT. KAI, dalam kesempatan ini perwakilan
dari Erasmus Huis Bob Wardhana terkesan terhadap arsip-arsip milik PT.
KAI yang masih ada dan tersimpan dengan baik, kedepannya akan dilakukan
kerjasama antara PT. KAI dengan Erasmus Huis mengenai pendataan arsip
yang semuanya menggunakan berbahasa Belanda.
VP Non Bangunan PT. KAI
Trenggono Adi (kanan) menjelaskan tentang peta dan arsip lama yang
terdapat di bunker arsip kantor pusat PT. KAI Bandung.
Setelah mengunjungi bunker arsip dan Kantor Pusat PT. KAI,
rombongan memulai perjalanan dari Stasiun Bandung menuju Stasiun Cianjur
dengan menggunakan kereta lori. Panorama alam yang memukau, sawah-sawah
membentang luas, lembah hijau, pegunungan menjulang dan gemiricik
sungai yang mengalir di bawah jembatan, dapat dinikmati di sepanjang
perjalanan. Beberapa stasiun-stasiun kecil yang masih terjaga bentuk
aslinya dilewati lintasan kereta ini.
Lori berkapasitas 12 orang yang digunakan untuk wisata Bandung - Cianjur - Lampegan.
Pemandangan Sungai Citarum yang merupakan salah sungai purba di Jawa Barat serta jembatan kereta api yang dilewati lori wisata.
Stasiun dan terowongan Lampegan menjadi destinasi selanjutnya.
Terlihat beberapa turis asing dan lokal yang berkunjung untuk melihat
stasiun dan terowongan ini. Terowongan Lampegan dibangun melalui bukit
kapur. Terowongan Lampegan yang dibangun pada tahun 1879-1882, direnovasi pada tahun 2010 karena terowongan ini pernah runtuh.
Terowongan Lampegan yang menjadi salah satu tujuan wisata, terowongan ini dibangun pada tahun 1879 sampai dengan 1882 oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatspoorwegen (SS).
Salah satu tempat wisata menarik
yang berada di dekat Stasiun Lampegan yaitu situs Megalitik Gunung
Padang. Perjalanan menuju situs Gunung Padang dapat dilalui dengan
kendaraan roda empat. Untuk sampai di situs, pendakian dilalui dengan
jalur tangga yang baru. Jajaran batu yang tersusun indah, berupa punden
berundak ini, dahulu digunakan sebagai tempat peribadatan.
Obyek Wisata Megalitik Gunung Pandang yang berlokasi tak jauh dari Stasiun Lampegan.
Rombongan sedang dijelaskan tentang obyek wisata megalitik Gunung Pandang oleh pemandu wisata.
Jalur kereta api antara Cianjur -
Lampegan ini sudah selesai diperbaiki, namun belum diaktifkan karena
masih ada beberapa kekurangan, kedepannya jalur ini akan dikembangkan
sebagai jalur wisata dari Bandung - Cianjur - Lampegan - Sukabumi.
Rombongan lori wisata yang
terdiri dari Unit Heritage PT. KAI, PT. KAI DAOP 2 BD, Kedutaan Belanda,
Erasmus Huis, dan Planologi ITB Bandung berfoto bersama di depan
Stasiun Cianjur.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking