bila
kita mencermati, dari 144 unit (kecuali yang di upgrade menjadi cc204)
lokomotif-lokomotif cc201 yang pernah berdinas, ada dua nomor seri yang
kini tak bisa dijumpai. Kedua lokomotif tersebut sudah tidak berdinas
lagi di jalur rel Jawa maupun Sumatera. Di buku besar Alokasi Penyebaran
Lokomotif PT Kereta Api (Persero). Kedua lokomotif ini juga tidak
terdaftar. Bahkan sejak tahun 1982. Hilang! Musnah!
Kemana perginya kedua lokomotif milik Dipo Induk Lokomotif Yogyakarta ini? Tak jelas! Di Garden of Locomotive atau
lebih sadis para railfans menyebut kuburan massal lokomotif, di Balai
Yasa Pengok, Yogyakarta pun batu nisannya tidak ditemukan. Benar-benar menjadi misteri hinggak kini.
Tentunya
beda dengan lokomotif-lokomotif cc201 yang telah dimodifikasi dan
berubah menjadi cc204. Lokomotif ini masih bisa dilihat, dipotret, dan
dinikmati, meski sebagai lokomotif cc204. Setidaknya bisa dibanyangkan,
seperti inilah saat masih sebagai lokomotif cc201. Sementara kedua
lokomotif ini benar-benar sudah hilang. Tak ada jejaknya. Maka
berbahagialah para railfans yang masih menyimpan kenangan foto-foto
kedua lokomotif ini. Kita hanya bisa menduga-duga apa gerangan dengan
kedua lokomotif ini? Mungkinkah keduanya pulang ke negeri asalnya,
Amerika Serikat dank arena sesuatu hal tak bisa kembali lagi? Atau
karena factor penyebab lain?
Setelah
menggali informasi kesana-kemari, ditemukanlah kisah tragisnya. Kedua
lokomotif ini mengalami suatu kecelakaan yang sangat hebat, sebuah PLH
(Peristiwa Luar Biasa Hebat) sehingga meluluh lantakkan kedua tubuh
lokomotif ini. Itulah PLH Kebasen pada 21 Januari 1981. Kala itu KA
Senja IV yang ditarik lokomotif cc201 XX jurusan Jakarta-Yogyakarta
meninggalkan Stasiun Purwokerto. Ketika melintas di stasiun kecil Notog.
7km di utara Kebasen, ternyata dari arah berlawanan juga diterima
isyarat bahwa KA Maja jurusan Madiun-Jakarta yang berlokomotif cc201 XY,
sudah lepas dari Stasiun Kroya. Kedua kereta itu memang biasa melakukan
kruis (persilangan) di Kebasen.
Petugas
PPKA (pengatur Perjalanan Kereta Api) di stasiun ini segera memasang
untuk menghentikan KA Maja, sebab yang berhak lewat duluan adalah KA
Senja IV yang kelasnya lebih tinggi. Si Maja melaju terus, para petugas
PPKA panik. Penjaga pintu perlintasan, menyalakan lampu baterai sambil
berteriak-teriak.
Ditengah
hujan deras, upaya seperti itu Nampak sia-sia. Petugas lain di Kebasen
mengacungkan lampu merah, tapi KA Maja semakin mendekat juga. Kepala
Stasiun Kebasen, juga berteriak-teriak sambil menggoyang-goyangkan
sinyal. Semua tak menolong. Orang-orang yang lelap tidur kedinginan
stasiun kecil itu terjaga. Tanpa hirau KA Maja melewati Stasiun Kebasen,
dipacu melawan hujan, menembus kabut. Beberapa menit berlalu. KA Senja
IV keluar dari terowongan Kalijarut (Kebasen) di lereng gunung Payung.
Pada saat yang hampir bersamaan, KA Maja pun menyebrangi jembatan Sungai
Serayu. Sekarang kereta itu melintasi reil berliku-liku di kaki
perbukitan. Ketika itu masinis KA Senja sudah menampak sorot lampu KA
Maja. Tapi pandangan masinis KA Maja, terhalang oleh bukit. Kedua kereta
yang masing-masing berkecepatan 50-70km/jam itu bersamaan keluar dari
tikungan. Dan…..duaaaaarrrrrrr!!!!!!! sebuah ledakan terjadi persis
dipinggir kali Serayu, dibawah guyuran hujan lebat. Tabrakan kereta.
PLH!!!!!!!
PLH
yang menimpa kedua lokomotif ini begitu hebat. Lebih hebat dari PLH
Lokomotif si Donald Bebek. Membandingkan foto-foto PLH atau kecelakaan
Kereta Rel Listrik (KRL) Ratu Jaya, Depok, Jawa Barat pada tahun 1993.
Begitu hebatnya dan KRL pun remuk tak berbentuk dengan banyak memakan
korban. Seperti kedua lokomotif ini, tubuhnya hancur tak berbentuk,
sampai-sampai para dokter lokomotif Balai Yasa Pengok, Yogyakarta,
dengan berat hati bilang:”Kami angkat tangan, deh.”
Namun
maaf jika membayangkan begini kejadiannya. Begitu evakuasi PLH Kebasen
usai, kedua lokomotif diangkat paksa dan ditarik ke Balai Yasa Pengok,
Yogyakarta menggunakan gerbong datar. Selanjutnya, tentu saja kedua
Lokomotif ini mangkrak di Garden of Locomotive,
setelah para dokter lokomotif di Balai Yasa angkat tangan. Berikutnya
satu persatu organ tubuhnya yang dinilai masih dapat difungsikan
dipreteli untuk dicangkokkan ke tubuh temannya yang membutuhkan, alias
kanibal. Terakhir, tangan-tangan perkasa memotong-motong tubuhnya untuk
dijadikan besi kiloan. Tamatlah sudah karir dan jejak kedua lokomotif
ini.
Oiya…….,
tentuya sahabat railfans penasaran. Nomor seri berapa kedua lokomotif
tersebut? Mereka adalah cc 201 33 (XX) dan cc 201 35 (XY). Lokomotif cc
201 33 mulai berdinas awal Maret 1978. Sedangkan lokomotif cc 201 35
mengawali tugas April 1978. Jadi berdinas sekitar tiga tahunan sudah
langsung dikubur. Sungguh mengenaskan!
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking